Rabu, 04 September 2019

Model Pembelajaran Proyek Kewarganegaraan melalui Pendekatan Strategi Predict-Observe-Explain (POE) di MTSN 2 Purwakarta

Salah satu model pembelajaran yg dikembangkan saat ini adalah Model Pembelajaran Berbasis Proyek. Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menantang, yang melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk. Model pembelajaran berbasis proyek ini sangat strategis diterapkan dalam pembelajaran Kewarganegaraan. Dewasa ini proses belajar mengajar dengan model seperti ini di sekolah sangat diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu melalui upaya serius dalam prosesnya. Agar proses belajar mengajar berjalan dengan efektif dan efisien maka seorang guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk materi yang diajarkan. Dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat, diharapkan guru mampu meningkatkan efektivitas pembelajarannya. Terutama dalam pembelajaran PPKn dengan model pembelajaran berbasis proyek yang kemudian disebut Tugas Proyek Kewarganegaraan terstruktur dan semi terstruktur . Proyek-proyeknya bisa berbentuk proyek produk, proyek kinerja dan proyek organisasi dengan skala kecil dan penuh. Pembelajaran PPKn di MTSN 2 Purwakarta , Model pembelajaran ini di implementasikan dalam bentuk Proyek Sosial, Proyek video Presentasi, Proyek Film Pendek, Proyek Mading Digital, Proyek Mural dsb. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pembelajarannya salahsatunya adalah dengan menggunakan strategi POE yang lahir dari teori konstruktivisme. Strategi POE terdiri atas tiga tahap, yaitu :  • Predict (memprediksi) •Observe (mengamati) • Explain (menjelaskan). Melalui kegiatan predict (memprediksi), siswa diharapkan mengungkap miskonsepsinya. Dengan kegiatan observe (mengamati), diharapkan timbul ketidakpuasan di dalam benak siswa . Ketidakpuasan terjadi ketika apa yang diamati, berbeda dengan prediksinya . Melalui kegiatan explain (menjelaskan), kemudian diskusi interaktif, ketidakcocokan prediksi dan hasil pengamatan menciptakan konsep baru . Agar siswa menerima konsep baru, maka konsep ini mestinya mudah dipahami, masuk akal, dan berguna . Sesuai dengan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa bukanlah bejana kosong yang siap diisi dengan sejumlah pengetahuan. Artinya, siswa telah memiliki sejumlah ide-ide terkait konsep tertentu sebelum masuk ke kelas. Oleh karena itu, pengetahuan sedapat mungkin tidak ditransfer secara langsung dari guru ke siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus menemukan dan membangun pengetahuannya . Agar siswa menemukan dan membangun pengetahuannya maka guru harus aktif mencari cara-cara untuk memahami konsepsi siswa, menyarankan konsepsi alternatif, menstimulasi keheranan diantara para siswa, dan mengembangkan tugas-tugas kelas yang mengarah pada konstruksi pengetahuan . Sesuai pengalaman strategi ini sangat berguna untuk menyelidiki pemahaman siswa dan membantu guru mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Pembelajaran dengan strategi POE mampu menciptakan konflik di benak siswa dan bermanfaat untuk menghilangkan miskonsepsinya . Kelebihan pembelajaran dengan strategi POE, yaitu: (1) dapat digunakan untuk menemukan ide-ide awal siswa, (2) memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa, (3) menciptakan diskusi, (4) memotivasi siswa agar memiliki kemauan untuk mengeksplorasi konsep, dan (5) membangkitkan keinginan untuk menyelidiki. Asumsi-asumsi dasar yang melandasi implementasi strategi POE : Pertama, jika siswa sejak awal diminta untuk memprediksi apa yang akan terjadi, mereka akan berusaha melakukan observasi dengan cermat.  Kedua, dengan menuliskan prediksinya terlebih dahulu, siswa akan termotivasi untuk mengetahui apa jawaban sesungguhnya dari fenomena yang diamati.  Ketiga, dengan meminta siswa menjelaskan alasan prediksinya, guru dapat mengetahui kemampuan teoritis siswa. Hal mana bermanfaat untuk mengetahui miskonsepsi siswa yang bersangkutan.  Keempat, dengan menjelaskan dan melakukan evaluasi terhadap prediksinya sendiri serta penjelasan temannya, siswa dapat menilai sendiri pembelajarannya dan mengonstruksi makna baru. Pada tahapan pertama yaitu predict (memprediksi), siswa diminta secara individual atau kelompok untuk membuat dugaan/ perkiraan terhadap suatu fenomena yang akan terjadi. Di sini, siswa menuliskan prediksi mereka tentang apa yang akan terjadi, apa yang siswa pikirkan, dan memikirkan alasan dari prediksi yang dibuatnya . Setelah memberikan prediksi, siswa berdiskusi, berbagi ide, dan mempertimbangkan prediksi dan alasan yang tepat atas fenomena yang diprediksi dalam diskusi kelas. Diskusi yang dilaksanakan ketika membandingkan prediksi satu siswa dengan siswa lain meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa, meningkatkan kemampuan kognitif, dan mendorong siswa untuk menghubungkan dan mengorganisasi ide-ide mereka . Manfaatnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun dugaan dan alasan sebanyak-banyaknya. Di sini siswa menggali kembali pengetahuan awalnya yang berhubungan dengan fenomena yang akan diuji . Kedua, guru dapat mengetahui konsepsi siswa terkait fenomena yang dihadirkan . Ketiga, membuat siswa tertantang untuk melakukan observasi melalui eksperimen dengan sebaik-baiknya agar memperoleh hasil yang sesuai dengan prediksinya . Kemudian pada tahap observe  (mengamati) merupakan tahap antara memprediksi dan tahap menjelaskan . Pada tahap observe (mengamati) siswa diajak menguji kebenaran prediksi mereka. Pada tahap ini siswa menggunakan indera mereka untuk mengumpulkan informasi terkait fenomena dengan melaksanakan kegiatan demonstrasi . Manfaat yg dapat diperoleh siswa mendapatkan pengalaman langsung ketika mereka menguji prediksinya. Pengalaman langsung yang diperoleh siswa menyebabkan pemahaman mereka.  Selain itu observasi yang dilakukan siswa dapat membantu siswa membangun kemampuan retensinya . Pada tahap mengamati menciptakan ketidakpuasan terhadap pengetahuan yang telah ada pada siswa sehingga mereka menginginkan penjelasan yang lebih baik terhadap masalah yang ada . Kegiatan eksperimen bisa jadi salahsatu bentuk pengamtan yg bisa membuat siswa aktif dalam membuktikan prediksi berdasarkan pengamatan dan analisis data yang mereka lakukan sendiri . Dengan usaha sendiri, siswa terlibat langsung dalam mencari jawaban berdasarkan data-data yang benar . Sehingga, pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna . Di samping itu, kegiatan eksperimen meningkatkan kemampuan identifikasi siswa terhadap konsep-konsep dan meningkatkan minat siswa terhadap pengetahuan yang baru . Pada tahap explain (menjelaskan), siswa diminta untuk membuat penjelasan melalui kegiatan presentasi terhadap kesesuaian prediksi yang telah dibuat dengan apa yang mereka amati. Selain itu, siswa dapat memperbaiki atau menambahkan penjelasan pada hasil observasinya . Apabila prediksi siswa sama dengan yang hasil eksperimennya, maka mereka akan semakin yakin dengan konsepsinya. Namun, jika prediksinya tidak sesuai dengan apa yang diamati pada kegiatan eksperimen, maka mereka mencari penjelasan-penjelasan tentang mengapa prediksinya salah . Pada tahap ini, siswa mencari solusi terhadap setiap perbedaan antara prediksi dan observasinya . Manfaat pada tahap meningkatkan ketekunan dan respek terhadap data atau fakta serta membangun rasa percaya diri siswa ketika mereka menjelaskan hasil observasi. Keutaman dan kelebihan inilah yang menjadi pertimbangan untuk memilih POE sebagai salah satu alternatif strategi dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya PPKn di MTSN 2 Purwakarta. 

Rabu, 31 Juli 2019

CDE Team Form. Powered by Google Script

Kantong Tugas VCT BSTCH-5

<!-- notice the "circle" class
CDE Team Form. Powered by Google Script

-->

Kamis, 18 Juli 2019

VIRTUAL CORDINATOR TRAINING (VCT)
UPAYA SERIUS PENGEMBANGAN KAPASITAS GURU DI ERA DIGITAL

Keterampilan guru dalam mengelola kelas terkadang menjadi penentu yang signifikan dalam mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Sampai semua hambatan dapat diminimalisir dengan menghilangkan sikap "fatalizm", jumud , "apa adanya" dan kecanggungan dalam menyikapi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diera digital ini.
Saya dan semua praktisi pendidikan harus menyadari tren dan kecenderungan luar biasa dari sikap masyarakat modern terhadap teknologi. Hanya ada 2 kemungkinan antara menggunakan atau menjadi korban penggunaan teknologi.

Digitalisasi adalah salah satu kecenderungan yang menentukan dekade terakhir. Saat ini, teknologi digital mengubah konsep semua bidang kehidupan: bisnis, manajemen negara, sains, pendidikan, dan hiburan. Transformasi digital adalah tren utama di zaman modern. Istilah ini telah lama berarti transformasi dan penyimpanan bentuk data tradisional dalam format digital, dan juga transfer media dari analog ke presentasi digital. Namun, langkah demi langkah teknologi secara intensif diterapkan ke semua bidang pendidikan klasik yang tetap tidak berubah selama beberapa dekade.

Tren inilah yg kemudian perlu juga di jadikan tantangan oleh para praktisi pendidikan di Indonesia untuk terus mengembangkan kapasitas diri terutama dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Karena saat ini bukan hanya pentingnya memahami siswa secara fisik dan psikologis tapi juga psikososial mereka dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi terutama media sosial sebagai bagian dari pertimbangan dalam proses pembelajaran.

Saat Ini SEAMEO ( Organisasi Kementerian Pendidikan se Asia Tenggara) secara kontinyu menyelenggaran diklat daring dengan label Virtual Coordinator Training (VCT ) . Konten Diklat utamanya adalah pengelolaan kelas daring dengan pemanfaatan teknologi Video Conference ( vicon) dalam proses pelatihan dan pembelajaran.

Sebagai salah seorang peserta VCT batch 4 dapat saya ungkapkan pengalaman dalam beberapa poin berikut :
1. Materi utama pelatihannya adalah penggunaan Webex sebagai aplikasi vicon beserta fitur - fiturnya.
2. Materi "canggih" lainnya pembuatan Flayer Digital, pengenalan QR code, praktek membuat shortlink hingga membuat narasi menarik untuk bahan promosi dan publikasi even.
3. Tugas prakteknya mengaplikasikan semua materi pada poin 1 dan 2 dengan berperan sebagai host, moderator dan presenter sebuah even dengan jumlah praktek sekitar 6 kali peran tersebut.

Pelatihan bernilai 40 jam ini sangat bermanfaat dan cocok diikuti oleh guru, pengawas dan praktisi pendidikan lainnya, terutama yg aktif di organisasi propesi pendidikan seperti MGMP, KKG dan forum forum ilmiah.




DARI BERHUTANG JADI PENDUSTA

Setiap orang punya hutang, pasti. Hanya saja adakah orang yg phobia mendengarnya seperti saya..?

Sejak kecil saya sudah berkenalan dengan peliknya hutang piutang. Dari mulai tagihan yg berlipat, galaknya petugas rentenir, ganasnya sita menyita, horornya deadline... weuuuhhhh... bikin masa kecil saya traumatik.
Gilaaa pokonya hidup dengan atmosfere hutang itu, tidak sehat lahir batin, tidak waras luar dalam....

Sejak remaja kalopun aktifitas berhutang saya masih ada , tapi saya menghindari yg namanya "tagihan paksa" . Sesungguhnya kehatihatian saya tak menghindarkan says dari masalah hutang piutang.
" Apalagi kalo masih ceroboh" fikir saya.

Kalo seandainya horor hutang ini menyapa maka akal sehat saya biasanya mulai termakan trauma bereffek signifikan... menggigiil dada ini, gemeletuk tulang kepala hingga lubang telinga gemuruh berdenging.... masa lalu jadi nightmare...
Saya , kadang lupa dan tak peduli dengan cara menampilkannya di depan orang, yg penting zat apapun ditubuh ini yg membuat tak nyaman tidak bersemayam berlamalama...

Anehnya hal inu , bukan hanya soal pada saat saya yg mengalami sesaknya hutang tapi saat melihat , mendengar, merasakan kacaunya dunia dan kehidupan orang lain karena konyolnya perilaku berhutang yg berlebihan tanpa menggunakan margin rasional... hanya memikirkan bagaimana sebuah obsesi rendah terlampaui... bagaimana seonggok gengsi terhamparkan..
Ini tak terbatas pada pribadi yg terperosok tapi termasuk yg dipraktekin seseorang demi kelompok , kelompok demi kelompok yg lebih besar, atau bahkan negara ini jadi salah satu pesakitannya... .

Hutang berdimensi potensi ... eror berlipat... berdalih dusta bergunung gunung , berkonflik ria berulang ulang, carutmarut berkusut kusut....

jadi hindarilah.. berdoalah, berlindunglah.. pada kemudahanNya.
Hingga kita bisa memberikan teladan dan pembelajaran pada anak cucu kita tentang salah kaprahnya pemaknaan hutang sebagai bagian yg biasa dan tak perlu merasa berdosa dalam perjalanan hidup kita... Naudzubillahh summanaudzubillah...
Aaamiiin...
DARI BERHUTANG JADI PENDUSTA

Setiap orang punya hutang, pasti. Hanya saja adakah orang yg phobia mendengarnya seperti saya..?

Sejak kecil saya sudah berkenalan dengan peliknya hutang piutang. Dari mulai tagihan yg berlipat, galaknya petugas rentenir, ganasnya sita menyita, horornya deadline... weuuuhhhh... bikin masa kecil saya traumatik.
Gilaaa pokonya hidup dengan atmosfere hutang itu, tidak sehat lahir batin, tidak waras luar dalam....

Sejak remaja kalopun aktifitas berhutang saya masih ada , tapi saya menghindari yg namanya "tagihan paksa" . Sesungguhnya kehatihatian saya tak menghindarkan says dari masalah hutang piutang.
" Apalagi kalo masih ceroboh" fikir saya.

Kalo seandainya horor hutang ini menyapa maka akal sehat saya biasanya mulai termakan trauma bereffek signifikan... menggigiil dada ini, gemeletuk tulang kepala hingga lubang telinga gemuruh berdenging.... masa lalu jadi nightmare...
Saya , kadang lupa dan tak peduli dengan cara menampilkannya di depan orang, yg penting zat apapun ditubuh ini yg membuat tak nyaman tidak bersemayam berlamalama...

Anehnya hal inu , bukan hanya soal pada saat saya yg mengalami sesaknya hutang tapi saat melihat , mendengar, merasakan kacaunya dunia dan kehidupan orang lain karena konyolnya perilaku berhutang yg berlebihan tanpa menggunakan margin rasional... hanya memikirkan bagaimana sebuah obsesi rendah terlampaui... bagaimana seonggok gengsi terhamparkan..
Ini tak terbatas pada pribadi yg terperosok tapi termasuk yg dipraktekin seseorang demi kelompok , kelompok demi kelompok yg lebih besar, atau bahkan negara ini jadi salah satu pesakitannya... .

Hutang berdimensi potensi ... eror berlipat... berdalih dusta bergunung gunung , berkonflik ria berulang ulang, carutmarut berkusut kusut....

jadi hindarilah.. berdoalah, berlindunglah.. pada kemudahanNya.
Hingga kita bisa memberikan teladan dan pembelajaran pada anak cucu kita tentang salah kaprahnya pemaknaan hutang sebagai bagian yg biasa dan tak perlu merasa berdosa dalam perjalanan hidup kita... Naudzubillahh summanaudzubillah...
Aaamiiin...