Minggu, 15 Desember 2024

GURU IKUT PEMILIHAN KETUA OSIS, TIDAK FAHAM ATAU LUCU-LUCUAN

Hedi Hidayat Ketua FGMN PPKn. Memasuki semester kedua tahun pelajaran , dibeberapa sekolah/madrasah akan disibukan dengan penyelenggaraan pemilihan ketua OSIS.Dari pantauan penulis hampir semua mempraktekan guru sebagai bagian dari pemilih dengan berbagai alasan. Ironis , terlihat awam sekaligus lucu , jika seorang guru ikut memilih dalam pemilihan Ketua OSIS, karena hal itu menunjukkan kurangnya pemahaman tentang prinsip demokrasi. Demokrasi dalam pemilihan OSIS dirancang untuk memberikan siswa kesempatan belajar menjadi pemimpin, mengambil keputusan secara mandiri, dan memahami proses demokrasi yang sebenarnya. Secara kasat mata guru yang ikut memilih dapat dianggap sebagai pelanggaran demokrasi karena mengganggu kedaulatan pemilih yaitu siswa.Dalam demokrasi, kekuasaan memilih seharusnya ada di tangan mereka yang diwakili, yaitu siswa. Ketika guru ikut memilih, ini mengintervensi hak siswa untuk menentukan pemimpin mereka sendiri. Selain itu praktek ini nengaburkan peran guru. Guru seharusnya berperan sebagai fasilitator yang mendukung siswa memahami nilai-nilai demokrasi, bukan sebagai peserta yang terlibat langsung dalam proses pemilihan. Yang lebih berpotensi adalah guru yang memilih mungkin memiliki pengaruh tidak langsung terhadap siswa lain, yang dapat mencederai prinsip pemilihan bebas dan adil Sesungguhnya tidak ada yang salah secara hukum jika seorang guru ikut memberikan masukan atau pandangan terkait pemilihan OSIS, asalkan mereka bersikap netral, tidak memengaruhi siswa secara langsung, dan menghormati proses demokratis. Namun, dalam konteks pendidikan pemilihan OSIS adalah bagian dari pembelajaran demokrasi bagi siswa. Jika guru ikut memilih, ada risiko memengaruhi hasil karena guru memiliki otoritas dan pengaruh yang besar terhadap siswa. Agar tidak mengaburkan peran guru, guru bisa berperan sebagai pengawas proses pemilihan, memberikan arahan terkait tata cara pemilihan yang sesuai dengan prinsip demokrasi, agar dapat mendidik siswa dengan lebih baik tanpa merusak esensinya. Jika diteruskan, hal semacam ini justru memberikan contoh buruk bagi siswa tentang cara kerja demokrasi.

Tidak ada komentar: